Ketika Ibu tak Mendampingi

KAMIS, 23 DESEMBER 2010

    Pernah mengenal seseorang, tdk tau bagaimana kabarnya, dan terakhir dengar brita sedih dia telah dipanggil Yang Maha Kuasa, sesaat stlh melahirkan putra pertamanya.  3 hr ini saya masih dibuat tak percaya, sekaligus  bersedih. Tentang kepergian seorang kakak kelas saya waktu SD dulu. Rasa kehilangan ini begitu mendalam mengingat banyak hal yang saya tau darinya. Memang kami beda kelas, tp waktu kecil dulu saya kalo sakit seperti demam, flu berobat ke ayahnya yang notabene seorang mantri. Dan mama saya yang akrab sama ibunya karena satu profesi, sama-sama seorang guru dan saling mengenal. Rumah kami pun masih terhitung satu kelurahan.

    Saya dapat crita dari mama saya, kalo kakak klas ini meninggal setelah melahirkan. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.  Kaget setengah mati saya. Cerita persisnya mama kurang tau, karena mama dapet crita ini dari temannya lagi waktu pulang kampung sekitar 2 minggu lalu. Hari minggu lalu, mama ke rumah saya bagi2 cerita mudiknya  sekaligus mengabarkan berita duka tersebut
   
     Penasaran, saya oprek lah FB mengetik namanya dengan lengkap. Saya ingat betul namanya, secara almh. mbak yang satu ini salah satu kakak kelas yang pintar. Saat SMP, kami sempat satu sekolahan lagi.
 Ya Allah, gak bisa ngomong saya begitu nemu dia di FB baca wall-nya, ucapan duka cita dari bejibun teman2nya. Baru saya percaya dia memang sudah gak ada. Saya perhatikan pic-nya berdua dengan suami, OMG cantik banget, keliatan bahagia. Foto kenangan saat menikah. Kabar kepergiannya ini memang telat saya tau, bahkan belum pula berteman dgnnya di FB.

     Allah memanggilnya begitu cepat di usia 29 thn . Disaat harusnya sedang menikmati bahagianya menjadi seorang ibu, dan seorang istri yang baru dijalaninya 1 thn. Sedang manis-manisnya. Dia meninggal di ICU sebuah rumah sakit terkenal di Surabaya Mei lalu. Sepertinya proses kelahiran bayinya ada masalah, sampai sang bunda dirawat intensif di ruang tersebut  Huhuhuuuuu mau menangis rasanya. Apalagi, ada status terakhirnya yang menulis tentang kamar bayi yang sudah siap. Yang membuat saya sedih dan terharu lagi, di wall FB almh, sang suami tegar menulis (mengabarkan)  tentang kepergian sang istri dan meminta permohonan maaf utk almh. Hukhukshuks.
Saya tau ini smua sudah tertulis dalam lauhil makhfudz. Surga tempatmu mbak.

    Mengingat almh, saya pun harus mengingat pula papa saya yang tak sempat melihat sang ibu (nenek saya) yang meninggal bbrp hari setelah melahirkan papa. Kasihan papa. Belum sempat merasakan ASI ibunda, bahkan belaiannya. Sama seperti putra almh kakak kelas saya itu. Luv u papa.

     Hiks, jadi ingat pula adik Dija. 

Saya yakin para ibu tercinta mereka di surgalah tempat terindah untuknya

http;//www.radiospfm.com

2 komentar:

Thank u telah meninggalkan pesan di box ini