Tradisi Ninjo haji

KAMIS, 28 OKTOBER

     Pekan ini saya lagi merasa kelelahan yg sangat (untungnya udah dibayar dgn massage di spa utk menghilangkan pegel2). Maklum hari minggu kemarin yg mestinya harus leyeh2 di rumah, kami gunakan utk keluar kota. Tepatnya berkunjung ke bapak mertua adik ipar dan tetangga suami di kampung halamannya yg mo berangkat haji hari kamis-pagi ini. Sekalian sowan ke mertua, datuk, dan lepas kangen ma 2 ponakan yg lagi lucu2nya. I miss u Daffa (ponakan ke-2 suami yg menikmati skali ciuman sayang dari budenya ini).
Ikut tradisi taon lalu, lokasi: pantai labuhan lalang Bali Barat view pulau menjangan
Biar nutut acara kunjungannya, pagi2 kami be2 termasuk mam-pap ku udah otw ke Jembrana sekitar 2 jam perjalanan -jika sedikit ngebut dan gak macet-. Disopirin suami alias si abang tercinta, karimun sewaan yg kami tumpangi melaju nyaman ke tkp. Berangkatnya sengaja pagi itu dengan sistem sapu jagat, maksudnya biar sorenya bs balik lagi. Karena si-bapak harus ngantor malamnya. Yang penting bs silaturahmi, ikut mendoakan calhaj biar lancar dan selamat, pulangnya jadi haji mabrur dan ikut nitip2 doa *kedip-kedip mata*.
Senangnya sih usai acara kunjungan ini kami tutup dgn istirahat di t4 suami sambil makan siang ikan bakar sambal cobek disambi godain ponakan2. 

     Di Jembrana -kabupaten yg dipimpin bupati Drg Winasa ini komunitas muslimnya paling besar dibanding kabupaten lain. Sepertinya di tiap kecamatannya, ada kantong2 komunitas muslim. Dan mereka punya tradisi unik khusus utk calon haji itu. Yap, saat mengantar calhaj merupakan waktu yg ditunggu, karena itu smua sekolah dan kegiatan diliburkan. Terutama warga muslim. Bahkan ada yang sengaja meliburkan diri.  Semuanya pada ikut melepas ampe pelabuhan Gilimanuk, setelah ikut menyaksikan pelepasan resmi oleh bupati di Masjid kota. Kelar nganter hingga pelabuhan, ada yg melanjutkan pelesir di pantai, ikut nyebrang ke Jawa, ato pelesir ke Denpasar.

      Tradisi ini dikenal dgn istilah "Ninjo Haji".  Saking gak mau ketinggalannya ikutan Ninjo haji ini, salah satu kegiatan ekonomi terbesar disana macam kegiatan perikanan di pelabuhan ikan pun ikut libur. Meski lagi musim ikan. Jadi, keberangkatan Calhaj ini merupakan salah satu momen penting dan tdk boleh dilewatkan bagi komunitas warga muslim di tanah kelahiran suami saya. Jalanan sangat rame saat Ninjo Haji disesaki warga muslim dari berbagai kecamatan. Ada yang menggunakan motor, mobil, dan sarana angkutan lain. Rent car pun ampe nolak2 customer loh saking larisnya. Bahkan, yg tak dapat mobil sewaan bisa hunting kendaraan ke Denpasar.
Yang menarik, rumah calhaj inipun tak lepas dari dekorasi khas haji. Misalnya terpasang gapura maupun spanduk bertuliskan Labbaik Allahumma Labbaik, Mohon Doa restu...tak jarang ada yg ditempel pula dgn foto sang Calhaj. Sempat kaget juga sayanya (hmm scr baru pertama kali  melihat aneka dekorasi itu). Kaya ya negara kita ini ada hal2 unik yg masing2 daerah punya.

     Tahun ini, tepatnya pagi ini kami terpaksa absen ikut tradisi itu, kan udah diganti kunjungan hari minggu lalu. Alasannya ini kan pas tengah minggu, hari kerja, ambil libur sehari nanggung.
Cuma bisa membayangkan keramaian dan haru biru tangis yang biasanya tumpah ketika bus calhaj pelan2 masuk kapal dengan lambaian tgn kami di pinggir pelabuhan. Taon lalu, saya dan suami ikut "Ninjo haji" ini. Kebetulan waktu itu saya masih free, dan suami ambil libur. Seru banget. Karena bis nganter ampe pelabuhan, kami lanjutkan pelesir ke pantai Labuhan Lalang di kawasan Bali Barat, lanjut ke Singaraja. Tak ketinggalan bawa bekal makanan dari rumah hasil masakan ibu mertua, seperti ketupat, sayur, ikan bakar, rujak dan dimakan rame2 di tempat pelesir itu. Seharian pergi ampe mlm sukses membuat kami capek2 *remuk badan*, trutama suami yg harus nyopirin kami.

   Beda t4 suami beda pula dengan tradisi di rumah kami. Jadi inget waktu Map-Papku berangkat Haji 2005 itu. Keluarga inti, tetangga, dan teman2 dekat saja yg mengantarkan hingga ke Masjid Agung Tabanan, utk dilepas berangkat ke asrama haji Sukolilo Surabaya.  Perginya juga tdk ingin diketahui banyak orang, karena menurut beliau ini adalah ibadah khusus yg bersangkutan dgn Tuhannya. Kebetulan pula Mam-Pap saya udah mukim lama di Tabanan, dan berangkat haji dari Bali. Coba aja kalo tinggal di Jawa, pasti ya dianter rame2 ma tetangga satu kampung.

  Utk tradisi nganter Calhaj ini, sepertinya hampir sama seperti di Jawa. Acara mengantar bisa lanjut kunjungan ke makam para wali. 
 
   

2 komentar:

  1. Ada2 aja ya tradisi pelepasan calhaj di negara ini, maklum perjalanan spesial/undangan khusus dari Allah. Aku suka tuh acara nganterin calhaj sambil rekreasi di pantai, apalagi kalo ada makanan kyk yg dibekalin mertuamu, sumpah suka bgt!! hahaha...

    BalasHapus
  2. emg aneh2 bu, tp begitulah kekayaan negeri kita ini...hmm aku jg gak nolakk dpt bekal makanan, tinggal hap gak pake susah2 masak heheheee...

    BalasHapus

Thank u telah meninggalkan pesan di box ini